Cerita pendek oleh: Alkaryana
LOVE PEDESTRIANS! Ungkapan yang dipromosikan oleh VH1 itu terasa memihak aku yang jalan kaki ke mana-mana. Sambil 'ta gendong' ransel ke mana-mana. Hmm, biarpun pejalan kaki, kata orang-orang aku ini si raja narsis! Pada topi, ada namaku yang dibikinkan tukang bordir di pusat perbelanjaan. Pada kertas-kertas nganggur di meja kantor, pada salah satu sudut kaca jendela laboratorium, ada namaku atau tanda tanganku. Pada web search di komputer-komputer, ada namaku yang tersimpan saat log out setelah nakal curi-curi waktu.
LOVE PEDESTRIANS! Ungkapan yang dipromosikan oleh VH1 itu terasa memihak aku yang jalan kaki ke mana-mana. Sambil 'ta gendong' ransel ke mana-mana. Hmm, biarpun pejalan kaki, kata orang-orang aku ini si raja narsis! Pada topi, ada namaku yang dibikinkan tukang bordir di pusat perbelanjaan. Pada kertas-kertas nganggur di meja kantor, pada salah satu sudut kaca jendela laboratorium, ada namaku atau tanda tanganku. Pada web search di komputer-komputer, ada namaku yang tersimpan saat log out setelah nakal curi-curi waktu.
Itu belum termasuk suara merduku yang selalu kukumandangkan pada saat-saat santai atau istirahat di tempat kerja. Makanya mereka bilang aku 'singing teacher'. Itu kalau di tempat ngajar. Di tempatku fitness juga aku adalah vokalisnya. Dan dunia sepi tanpaku di sana.. Di pusat kebugaran itu memang ada fasilitas karaoke yang bisa digunakan bergiliran saat santai atau menunggu giliran menggunakan barbell, atau saat ogah-ogahan latihan. Senang kalau mereka tampak menikmati. Tak ada salahnya kan menghibur kawan-kawan di sekitar? Itung-itung latihan, bersiap diri sebelum seperti biasa Mr. Pin mendadak membunyikan ringtone-ku di pagi buta, ngajak ngamen. Apa masih kedengaran narsis..? Apa?? Sombong???
Whatever.
Mendingan sekarang cerita tentang jalan Malem Minggu kemaren dengan teman-teman kerjaku. Selesai semua tugas, aku, dan teman-temanku baik yang lokal maupun yang bule setuju buka puasa bareng di pujasera Paskal Hypersquare. Memang tak semua berpuasa sih.. Diantara delapan orang, cuma aku, Ellis dan Ririn yang puasa. Malah, dua teman buleku mondar-mandir ke counter minuman sejak kami mendapatkan tempat yang nyaman di dekat kolam ala Bali itu.That was so OK to me. Kan harus kuat mental, setelah tadi di kelas kuat fisik, saat anak-anak chubby dan sipit itu bergelantungan di pundakku dan berebut menyandera kedua pahaku. Hampir-hampir kewalahan memang. Tapi masing-masing tak mau kalah ingin diperhatikan dan diperiksa hasil kerjanya. Pantas saja si Tommy, boss buleku waktu nelepon bilang, "Nara.. you are a superstar! They want you to teach them today."
Sehabis selesai semua urusan buka puasa, malahan Sandy dan Puree sempat make flying fox di sana, kami ke salah satu cafe di daerah Gasibu. Busyet! Nama cafenya 'Seven Hells'!. Ah, whatever! Jangan memperlihatkan kekatrokan di depan umum! Kan bukan sekali ini saja datang ke cafe. Tapi untuk cuma hang out atau dugem sih memang sangat jarang. Biasanya kalau ada temen ngasih job nyanyi mengiringi yang makan malam saja.
'Seven Hells' mempunyai dua bagian, yaitu cafe bagian luar dan bagian dalam. Saat tiba di area cafe luar, mataku tiba-tiba terpaku pada sesosok bidadari yang sangat anggun, seperti yang sering terlihat di televisi. Luna Maya! Sedang apa dia di sini? Duduk di bar, sepertinya mau bicara di depan kamera. Mungkin lagi memperkenalkan cafe, atau ketahuan paparazzi infotainment lagi jalan di Bandung. Tak ayal keberadaannya membuat kakiku terseret-seret antara mengekor teman-temanku ke dalam, atau tetap di sana menancapkan pandangan mataku pada wajah cantiknya.
Di dalam, suasana nyaman sekali dengan tata letak dan lampu yang tentu saja membuat hilang segala penat seharian. Apalagi kami berhasil mendapatkan satu set sofa, kursi dan meja pada posisi sudut. Musik pun mengiringi sedapnya malam, mulai dari accoustic rock, R n B hingga irama Latin Santana.
Mengamati apa yang berlaku di dalam cafe dan bar, pantas cafe ini dinamai "Seven Hells'. Karena kalau tidak lepas kontrol, orang bisa masuk hell a.k.a. neraka karena tujuh alasan. Pertama, diantara suasana yang mendukung dan pengunjung lain yang tak peduli, laki dan perempuan yang bukan muhrim bisa pesta bibir dan lendotan semaunya, mungkin ntar lenjut ke tahap berikutnya di suatu tempat. Kedua, ... (DI-CUT DI SINI (SENSOR)--BIAR TAK TERLALU PANJANG, HEHE).
Menu utama kalau di cafe tentu saja minum. Kupikir, ada baiknya memegang prinsip, di mana bumi di pijak di situ langit dijunjung. Jangan sampe deh like fish out of water! Jadi aku juga pesan dong, minum. Semuanya sudah menyebutkan masing-masing pesanannya. Yang biasa-biasa saja, mengandung soda dan cairan hasil fermentasi lain, plus snacknya. Well.., semuanya menatapku menunggu pilihanku. Dengan gaya cool aku pesan, tak mau kalah, yang luar biasa, "Hot chocolate!"
Wiih, cantik-cantik dn ganteng-ganteng teman-temanku dengan gerakan mata dan bibir mereka ketika tercetus pesananku! Whatever!
Obrolan seru, tawa tiwi hingga terbatuk-batuk, seruu banget! "Gile, it's really a different night!" (TINGKAH LAKU KAMI DAN PARA PENIKMAT LAIN CAFE DISENSOR LAGI DI SINI) Dan saatnya pesan lagi minuman dan makanan, karena sepertinya masih lama kami di sana sedangkan hidangan sudah pada ludes. Pesan soda lagi, alkohol lagi, kacang lagi. Again, orderan dari mulutku ditunggu lagi, dan berpasangan mata melotot lagi ke arahku. Okay.., kali ini "should be something different for me!" Setelah menanyakan beberapa merk minuman energi yang kata mereka 'minuman sopir, dan tidak ada:
"Strawberry juice!" tercetus dari mulutku.
Kali ini Puree sudah tak tahan lagi menyimpan tawanya di kerongkongan. Diikuti yang lain. Wow.., cool, cool, aku bahagia melihat mereka bahagia.
Aku merasa tak mampu lagi untuk melanjutkan petualangan malam. Sedangkan mereka sudah bersetuju untuk pergi ke 'Nine Heavens', apalagi Anton dan yang lain-lain sudah menunggu di sana. Nah loh, silahkan pada mengawang awang di sembilan langit!
"Are we going now?" tanya Puree seraya berdiri, diikuti keempat kawan yang lain tentu saja plus aku. Dan semuanya beranjak dari sofa kami. Tangan Puree menggamit lenganku sambil berjalan menuju lorong ke arah luar. Karena barusan tak ada yang menjawab meski semua beranjak, Puree bertanya lagi butuh konfirmasi, "Are we going now?"
"I'm not going now, I'm going home," sahutku ke ujung telinga Puree. Dan Puree langsung bereaksi.
"Hey, you're going home, you're a fag!"
"Smart **s," aku protes, tapi Puree ngakak lagi.
Dan kami pun ngeloyor menelusuri koridor sempit itu. Demi melihat Puree berjalan limbung karena hak tingginya (maybe that was alcohol, too), aku merapatkan tubuhku kepadanya dan mengaitkan tangan kananku di pinggangnya, melewati bar luar hingga tiba di tangga teras. Saat itu kami menyadari telah meninggalkan yang lain di belakang. Jadi kami kembali menuju mulut lorong di mana ada lorong lain sebelah kirinya sebagai area toilet. Di sana Sandy dan Ellis sedang berdiri, hampir berdesakan dengan pengunjung lain yang lalu lalang. Ternyata mereka sedang menunggu Mic dan Mar yang ke toilet.
Setelah beberapa saat aku dan mereka berdiri di situ, pintu kamar kecil di hadapan kami tba-tiba terbuka. Dari situ, keluar sosok bidadari yang tadi kulihat saat tiba. "Luna Maya, still here!?" Setelah mengecek make up di wajahnya di cermin dan cuci tangan di wastafel, Luna berbalik arah berjalan ke arah kami. Tentu saja dengan anggun dan tak mempedulikan kiri kanan. Berjalan lurus, tepat di jalurku. Sepasang matanya yang besar bundar beradu pandang dengan mataku yang tiba-tiba bening setelah tadi kesat. Tak mau aku bersembunyi di balik lidah topiku! Ah.., kibasan rambutnya yang terurai, dan lambaian kain long dressnya menyemilirkan angin ke wajahku. Segar..., mukjizat! Itu ku rasa tak cukup! Maka saat kami semua berjalan meninggalkan cafe, aku curi-curi pandang ke arahnya yang sudah duduk di sofa cafe bagian luar itu.
Setelah memisahkan diri di parkiran, aku langsung naik angkutan umum. Mic dan Mar juga pulang bersama-sama denga motor Mic, sedangkan Puree, Ellis dan Sandy berngkat ke 'Nine Heavens' pake mobil Sandy. Di dalam angkot, Luna Maya pun setia menemaniku di dalam tempurung kepalaku.
"Luna Maya is beautiful..," bisik-bisik hatiku berulang-ulang, "Luna Maya is beautiful!"
Tapi sudahlah, harapan dan hayalan tingkat tinggi hanya akan membuatku gila. Aku hanya bisa melanjutkan bisikan-bisikan dalam hati, sendiri. Si Raja Narsis membatin?
"Beruntung sekali si Olga Syahputra bisa kenal dengan Luna Maya dan dapat bercengkrama setiap saat tanpa jarak. Juga Raffi Ahmad, bisa bercanda setiap waktu dengannya. Dan, laki-laki seperti Ariel Peterpan amatlah pantas menjadi sahabatnya, bahkan jika menjadi pasangannya sekalipun! Persahabatan yang setimpal antara seorang putri cantik dengan lelaki tampan pujaan setiap gadis seantero nusantara. Ah! Aku baru sadar.. Saat di ambang pintu toilet itu, sorot mata indahnya terpancar kepadaku. Pasti dengan topi gaul, jeans semi ketat, tee shirt dan blazer pas badan itu, di mata Luna aku sangat mirip Ariel Peterpan!!"
**AUGUST 2008**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar